Ada dua catatan dari perayaan Hari Kesehatan Nasional (HKN) di Kota Banjarmasin. Target vaksinasi yang tidak tercapai dan pungutan berdalih penghargaan pejuang pandemi.

***

BANJARMASIN - Senam pagi menjadi pembuka acara HKN di Siring RE Martadinata seberang kantor wali kota, (12/11). Setelahnya ada pembagian penghargaan kepada puskesmas, dokter dan perawat yang dianggap sukses dalam program vaksinasi dan penanganan wabah COVID-19.

Sayangnya, target cakupan vaksinasi 70 persen ketika HKN tiba tak tercapai. Data tanggal 12 November menyatakan, vaksinasi di ibu kota Kalimantan Selatan ini baru 65 persen.

Kepala Dinas Kesehatan Banjarmasin, Machli Riyadi pun mengakuinya. "Kami sudah berupaya. Tapi vaksinator masih menemui kendala-kendala di lapangan," ujarnya.

Paling terasa adalah lansia-lansia yang tak siap divaksin. "Capaian vaksinasi lansia baru 31 persen," sebutnya.

Sekarang, Juru Bicara Satgas COVID-19 Banjarmasin itu berencana untuk menggandeng 75 penyuluh agama.

Mereka diminta menyelipkan pesan-pesan vaksin dalam ceramahnya. "Contoh, bahwa bervaksin adalah sebagian dari ibadah," tukasnya.

Machli juga meminta publik memandang dari sisi lain. Meski target vaksinasi tak tercapai, penularan corona sudah bisa ditekan.

Dibeberkannya, pada Juli lalu tercatat 2.600 kasus. November ini, hanya lima pasien yang dirawat di rumah sakit. "Menjadi kabar gembira. Walaupun harus tetap waspada. Tetap prokes. Waspada kalau-kalau terjadi gelombang ketiga," tegasnya.

Belakangan, tamu dan media yang hadir dalam acara itu merasa agak canggung setelah membaca surat edaran Dinkes yang diteken Machli.

Isinya, perihal panitia acara yang memohon seluruh rumah sakit swasta, klinik, laboratorium, apotek, dan praktisi kesehatan sekota Banjarmasin untuk mengumpulkan iuran.

Nominal minimalnya bahkan ditentukan. Rinciannya, Rp2 juta untuk rumah sakit swasta. Lalu Rp1 juta bagi klinik dan lab. Apotek Rp500 ribu dan toko obat Rp300 ribu.

Kemudian profesi kesehatan Rp1 juta dan ASN puskesmas atau dinkes Rp100 ribu per orang. Paling besar adalah untuk RSUD Sultan Suriansyah, paling sedikit Rp25 juta.

Disetor ke rekening tertera atau diserahkan langsung ke sekretariat panitia. Uang yang terkumpul akan diserahkan kepada pejuang nakes yang telah berkorban banyak selama pandemi.

Salah seorang ASN rumah sakit yang menolak namanya diungkap, membenarkannya. Ia sudah menyerahkan Rp100 ribu. "Yang saya tahu untuk pembuatan seragam HKN. Tapi saya sendiri belum menerima bajunya," ujarnya seraya tertawa.

Ditambahkannya, iuran paling lambat dibayarkan dua pekan sebelum puncak perayaan HKN. "Di rumah sakit tempat saya bekerja ada sekitar seratus ASN. Tinggalkan kalikan, sudah dapat Rp10 juta," sebutnya.

Ketika ditunjukkan surat permohonan iuran tersebut, ia mengaku baru melihatnya. Rupanya, instruksi menyetor langsung datang dari atasannya.

Disinggung apakah tahun lalu juga ada iuran serupa, ia menjawab tak ada. "Tapi kalau dari apotek atau toko obat, setahu saya ada setiap tahun. Tapi, tidak ada patokan nominal," jelasnya.

"Saya juga merasa aneh kalau ada iuran begitu," tutupnya. Rasa herannya wajar. Sebab, selama pandemi, para nakes sudah menerima insentif yang dialokasikan dari APBD.

Ketika Radar Banjarmasin coba mengkonfirmasinya, nomor telepon kepala dinkes tak aktif. Sama halnya dengan ketua panitia pelaksana, Yanuar Diansyah yang belum bisa dihubungi.

Kurangi Seremoni, Fokus Pelayanan

Anggota Komisi IV DPRD Kota Banjarmasin, Hendra menyoroti peringatan HKN ke-57 kemarin (12/11).

Menurutnya, jangan terlalu semarak dan terlalu seremonial. Karena pandemi saja belum berakhir.

"Boleh merayakan HKN, tapi sederhana saja. Yang terpenting bagaimana meningkatkan pelayanan kesehatan dari tahun ke tahun," ujarnya.

Contoh, belum lama ini ia menerima banyak keluhan dari relawan kesehatan. Misalkan relawan HIV/AIDS yang masih melacak penularan di lapangan dengan biaya sendiri.

"Mereka semestinya disantuni. Diperhatikan," tambah politikus PKS tersebut. Demikian pula dengan relawan TBC yang hampir tak diperhatikan karena alasan ketiadaan anggaran.

"Jadi lebih baik berkonsentrasi pada hal-hal yang menyentuh kebutuhan masyarakat," tegasnya.

Dia berharap dinkes belajar dari pengalaman tahun lalu. "Contoh peringatan HKN tahun kemarin. Malah menjadi viral dan kontroversi. Pandemi sedang tinggi-tingginya malah joget-joget dan berkerumun," cecarnya. "Jadi sekarang tahan dulu, jangan ada seremoni-seremoni yang berlebihan," lanjutnya.

Apalagi, Banjarmasin kembali bersiaga dengan ancaman banjir. Pasca bencana, pasti ada penyakit penyerta. "Lebih baik kita bersiap menghadapi itu. Lebih bermanfaat," sarannya.

Terakhir, Hendra khawatir, publik akan menangkap kesan pembuang-buangan anggaran. Sekalipun panitia menegaskan tak membebani APBD dengan mencari dana sendiri.

"Kalau beralasan nakes lelah dan butuh hiburan, masih ada cara lain yang lebih elegen untuk merayakannya," tutupnya. (war/ema)