BATULICIN - Sampai saat ini Polres Tanah Bumbu belum menetapkan tersangka kasus dugaan tambang ilegal di kaki Meratus, Desa Mangkalapi. Walau belasan saksi sedang diperiksa maraton.

"Masih pemeriksaan saksi-saksi. Sudah ada belasan saksi yang kami mintai keterangan," ujar Kapolres Tanah Bumbu melalui Kasi Humas AKP H Ibrahim Made Rasa, Senin (29/11) kemarin.

Selain penambang lanjut Made, mereka juga meminta keterangan ke instansi terkait. Seperti lingkungan hidup dan kehutanan.

Dari pantauan wartawan di Mapolres, terlihat ruang pemeriksaan di Reskrim sibuk siang malam. Saksi-saksi diperiksa bergantian. Bahkan ada yang diperiksa sampai dini hari.

Kasus ini sendiri menjadi atensi publik. Selain didahului dengan keluhan warga karena jalan rusak, kejadian penggerebakan juga mengaggetkan. Sedikitnya ada dua warga Cina yang diamankan, serta puluhan alat berat.

Seperti telah diberitakan, polisi mengamankan beberapa pekerja tambang, Selasa (23/11) malam. Saat mereka sedang asyik bekerja di kawasan yang diduga berada di konsesi hutan Kecamatan Teluk Kepayang itu.

Lin Shoqun, asal Fujian, Cina, sebagai Manajer Operasional. Lin Zhangshou juga asal Fujian, pengawas tambang. Dibawa ke Mapolres, Senin (22/11) malam. Bersama tiga warga lokal lainnya.

"Ke dua orang asing tersebut terdaftar sebagai pemegang ITAS (izin tinggal sementara). Bekerja dengan indeks C312 yang bekerja pada PT Sarabakawa," ujar Kepala Kantor Imigrasi Kelas II TPI Batulicin, I Gusti Bagus M Ibrahiem melalui siaran persnya, Rabu (24/11).

Pun begitu, menurut Gusti, PT Sarabakawa kepada mereka mengaku bahwa dua warga asing itu tidak menambang ilegal. Seperti yang diinformasikan Polres Tanah Bumbu sebelumnya.

Lebih lanjut dijelaskan Gusti, dua warga asing itu mendapat izin ITAS pada Juli dan September 2021 tadi. Saat ini pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan Polres Tanah Bumbu.

Sedikitnya ada empat belas unit dump truk tipe 360 dan enam unit tipe 420. Kemudian tujuh unit ekskavator tipe 500, dan dua unit tipe 330. Terakhir ada satu unit dozer.

Tidak berhenti di sana, polisi juga memberi garis hukum di tongkang berisi penuh batu bara. Pada sebuah pelabuhan yang berada di selatan Tanah Bumbu. Dan beberapa tumpukan batu di slot pelabuhan.

Belum lama tadi, di sosial media, memang ada postingan yang mengeluhkan jalan di Teluk Kepayang rusak parah. Akibat mobilisasi alat berat. Namun kemudian, postingan itu hilang.

Saat ini jalan-jalan rusak itu kata warga sudah diperbaiki penambang. Dengan cara diuruk batu. "Jujur saya gak tahu siapa nambang. Tanya yang lain saja," kata warga yang enggan namanya dikorankan.

Karyawan PT Arutmin Indonesia yang juga enggan ditulis namanya mengatakan. Tambang itu berada di eks konsesi milik Arutmin. "Tapi sudah dilepaskan Arutmin. Sekarang kawasan hutan," bebernya. Potensi batu bara di sana sebutnya memang tinggi. Kualitas baik.

Dari penelusuran wartawan, penambang mengangkut batu itu sebagian menyusuri jalan negara. Memakai truk ke pelabuhan yang berada selatan Tanah Bumbu.

Di pelabuhan sendiri terlihat sebuah tongkang berisi batu bara diberi garis polisi. Pada slot pelabuhan tumpukan batu juga diberi garis kuning itu.

Geliat tambang memang meningkat akhir-akhir ini. Dampak tingginya permintaan dari Cina. Kementerian ESDM mencatat, harga acuan mencapai level tertinggi di pertengahan November tadi. Senilai 215,01 dollar AS per ton.

Melonjak 33 persen atau 53,38 dollar AS per ton dibandingkan dengan Oktober 2021 yang sebesar 161,63 dollar AS per ton."Harga ini merupakan tertinggi dalam puluhan tahun terakhir," ujar Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi dalam keterangannya, Selasa (9/11). Melejitnya harga emas hitam berbanding lurus dengan meroketnya harga gas alam di pasar dunia. (tim/by/ran)