Pemko kadung fokus mencegah banjir kiriman dari daerah tetangga. Ketika banjir rob tiba, akhirnya tergagap.
***
BANJARMASIN - Curah hujan ekstrem yang dibarengi pasang air laut, membuat sebagian permukiman dan jalan raya direndam genangan setinggi 25-40 sentimeter.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarmasin mencatat, setidaknya ada 17 kawasan di lima kecamatan yang terdampak rob.
Pantauan Radar Banjarmasin, genangan paling lambat surut menimpa Jalan Cemara Raya di Banjarmasin Utara.
Saking parahnya, tak sedikit sepeda motor yang mogok saat menerobosnya.
Warga Kompleks Agatis, Fitria menceritakan, banjir datang ketika hujan deras dan angin kencang melanda, kemarin (8/12) dini hari.
"Di dalam rumah, airnya setinggi 20 senti. Kalau di luar rumah, sekitar 40 senti," sebutnya kemarin pagi.
Belajar dari banjir Januari tadi, Fitria dan keluarganya membuat tempat dudukan lebih tinggi untuk mengamankan barang-barang berharga di rumahnya.
Serupa dengan Jalan Prona I di Banjarmasin Selatan. Seluruh gang sudah terendam.
"Ditunggu sampai sore, tak juga mau surut. Kalau pun turun, cuma sebentar saja. Setelah itu airnya naik lagi," keluh salah seorang warga, Riswan.
Melihat fenomena rob ini, Kabid Sungai di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Banjarmasin, Hizbul Wathony pun mengaku kaget.
"Kami tak menyangka robnya akan setinggi ini. Kami hanya memprediksi banjir kiriman dari daerah tetangga," jelasnya di Balai Kota.
"Program normalisasi sungai mencakup Sungai Ahmad Yani, Veteran dan Simpang gusang. Semuanya untuk mengantisipasi banjir kiriman," jelasnya.
Rob dari pasang air laut, ditambah pengaruh La Nina, jelas merupakan ancaman yang berbeda.
PUPR akan menambah personel pasukan turbo. Petugas dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan kecamatan akan diperbantukan.
Tugas mereka adalah menangani sampah dan lumpur yang menyumbat selokan. Agar pembuangan air menuju sungai menjadi lancar dan genangan semakin cepat surut.
"Saat ini, pasukan turbo hanya berjumlah lima grup. Setiap grup terdiri dari sembilan personel, ditambah seorang pengawas," jelasnya.
Thony berharap, sekurangnya bisa menurunkan 100 personel. Apakah bisa?
Pertanyaan itu dilempar kepada Plh Sekdako Banjarmasin, Doyo Pudjadi yang memimpin rapat evaluasi penanganan rob.
Doyo menyatakan, relawan damkar akan dikerahkan untuk membantu pemko. "Beberapa kawasan harus dipompa," ujarnya. "Setidaknya ada 500 personel yang diterjunkan. Besok (hari ini) dimulai," sambung Doyo.
Pompanisasi dan Nasib Embung
Dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) Banjarmasin, PUPR menyematkan titik-titik pembangunan fasilitas pompanisasi.
"Menyediakan semacam rumah-rumah pompa," ungkap Kabid Sungai PUPR, Hizbul Wathony.
"Secara keseluruhan, ada 20 titik. Salah satunya di Jalan Veteran. Karena kalau mengharap gravitasi, turunnya air itu lambat," tambahnya.
"Contoh seperti banjir rob. Genangannya belum habis, ternyata airnya pasang lagi," lanjutnya.
Perihal wacana embung yang pernah pernah digembar-gemborkan pemko, Thony mengatakan, sebenarnya Balai Sungai sangat mendukung rencana itu. Sayangnya, terkendala oleh ketiadaan lahan.
Angin Kencang Rusak Puskesmas
BUKAN hanya rob, kemarin (8/12) dini hari, Banjarmasin juga diterpa angin kencang. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat, malam itu ada enam pohon yang tumbang.
Tersebar di Jalan Lingkar Luar, Skip Lama, Jafri Zamzam, Pengambangan, Sungai Andai, dan Jalan Soetoyo S.
Beruntung, tak ada korban luka. "Khusus di Jalan Soetoyo S, pohonnya menimpa bangunan Puskesmas Teluk Dalam. Tapi sudah kami bersihkan," kata Kepala Pelaksana BPBD Banjarmasin, Fahrurraji.
Pohon itu menimpa kanopi di halaman puskesmas. Kerusakan yang dibuatnya cukup parah. Kanopi ambruk itu menimpa kursi besi dan plastik di bawahnya.
Kepala Puskesmas Teluk Dalam, dr Dewi Shandora menerangkan, karena ruangan di dalam puskemas kecil, selama ini halaman puskesmas digunakan sebagai ruang tunggu pasien.
"Karena kanopinya rusak, ruang tunggu kami pindahkan ke teras puskesmas. Alhamdulillah, pelayanan tetap berjalan, meskipun akhirnya jadi kurang teratur," cerita Dewi.
Banjirnya Sudah Kronis
TAHUN ini, awal dan akhir tahun, sudah dua kali Banjarmasin sudah dua kali dilanda banjir.
Parahnya sama, tapi penyebabnya yang berbeda.
Janauri lalu, Banjarmasin Timur dan Selatan menerima banjir kiriman dari kabupaten tetangga. Desember ini, giliran rob yang dipicu pasang air laut plus curah hujan ekstrem.
Apa yang salah? Pengamat lingkungan dan tata kota, Hamdi menjawab , normalisasi sungai harus konsisten dan kontinu. Pemko tak bisa mengharapkan hasil bagus dari normalisasi dadakan pasca banjir.
"Kelemahan kita, selalu menangani sesudah kejadian. Ibarat penyakit, sudah kronis baru diobati. Padahal, melihat kondisi Banjarmasin, kita tahu bahwa banjir bisa datang kapan saja," ujar mantan Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Banjarmasin itu.
Dia juga menyesalkan penghapusan dinas sungai di pemko. Sekarang, urusan sungai hanya ditangani sebuah bidang di bawah dinas pekerjaan umum.
"Dengan jumlah sungai dan drainase yang ada, omong-kosong sanggup ditangani satu bidang itu," tegasnya.
Sebuah bidang memang takkan bisa seperti sebuah dinas. Bukan cuma tenaga, anggarannya dan wewenangnya juga lebih terbatas.
Terakhir, Hamdi masih berharap pada kepedulian masyarakat. Terutama untuk bergotong-royong membersihkan drainase dan sungai kecil di tengah permukiman.
"Kita bisa melihat, setelah banjir sampah-sampah muncul dan mengambang ke permukaan. Artinya banyak sampah di sungai dan kolong. Setidaknya, paling minimal membersihkan yang terdekat," pintanya.
Terakhir, ia menegaskan, normalisasi sungai perlu penanganan ekstra serius. Ini program jangka panjang.
"Banjarmasin dianugerahi banyak kanal. Tapi kita harus sadar, kanal-kanal juga ini semakin dangkal dan menyempit. Mungkin, sudah puluhan tahun tak pernah dikeruk. Akibatnya, daya tampungnya pun berkurang," tuntasnya. (war/fud/ema)