BANJARMASIN - Kalsel belum termasuk provinsi yang mendapat jatah suntikan vaksinasi anak yang dimulai secara nasional sejak kemarin. Namun, kabar vaksinasi anak ini mendapat tanggapan beragam dari orang tua.

Masniah, warga Banjarmasin mengatakan belum berani menyuntikkan vaksin Covid-19 di tubuh sang anak. Dia punya trauma saat divaksin dulu sempat meriang dua hari. “Takutnya anak saya tak bisa menahan dampaknya. Kasihan dia masih kecil,” tuturnya kemarin.

Dia mengatakan efek dari suntikan akan membuat anaknya sakit. “Saya menunggu orang banyak dulu. Kalau lebih dulu, sepertinya nanti saja,” kata Niah.

Hal yang sama dituturkan Fuad, ayah dua orang anak ini juga mengaku belum berani memberi vaksin Covid-19 kepada anaknya. Alasannya adalah, dia tak ingin sang anak sakit usai divaksin. “Anak saya baru berusia 6 tahun, belum cukup kuat daya tahannya menanggung sakit. Ujung-ujungnya manti malah dia sakit,” ujarnya memberi alasan.

Menurutnya, vaksin untuk anak cukup bagus demi menguatkan anti bodi sang anak terhadap Covid-19. Namun sebutnya, anak di usia yang masih kecil belum tentu bisa menahan efeknya setelah divaksin.

Pendapat berbeda disampaikan warga lain, Ikhsan. Dia begitu antusias ingin memberikan vaksin Covid-19 kepada sang anak yang sudah berusia 10 tahun. Salah satu alasannya adalah, dia sudah ingin sekali sang anak masuk sekolah seperti sebelum pandemi.

Menurutnya, tanpa dilakukan vaksinasi untuk sasaran anak, sekolah tatap muka tak akan kembali normal seperti sedia kala. “Memang ada rasa takut. Tapi dia (anak) sudah besar juga. Insya Allah kuat saja menahan sakit sementara,” ucapnya kemarin.

Dia tak memungkiri, efek pasca divaksin akan membuat badan lemas dan meriang. Namun, dia yakin, pemerintah sudah matang persiapannya untuk menyuntikkan vaksin covid kepada anak. “Nanti saya juga akan siapkan obat penurun demam lebih dulu,” imbuhnya.

Tanggapan beragam juga disampaikan anak soal rencana vaksinasi ini. Seperti yang dituturkan Heri, dia mengaku takut dengan jarum dan tak berani disuntik. “Kada wani (takut), melihat jarum suntik saja ulun (saya) lari,” tutur Heri yang berusia 8 tahun ini.

Dikatakannya, dia sendiri takut terinfeksi Covid-19 yang banyak membawa kematian. Namun di sisi lain sebutnya, ketakutan terhadap jarum suntik membuatnya enggan divaksin. “Kalau ada obat saja, biar diminum langsung. Kalau disuntik takut,” ucapnya.

Berbeda dengan Rizki (9 tahun), dia yang ingin sekali masuk sekolah dan bisa jalan-jalan, ingin sekali divaksin seperti orang tuanya. “Supaya bisa seperti dulu lagi sebelum corona,” ucapnya.

Ditanya apakah tak takut? Dia mengatakan disuntik imunisasi di sekolah lalu, juga pernah diikutinya. “Tak sakit. Sama seperti digigit semut. Yang penting nanti bisa sekolah dan jalan-jalan lagi,” katanya.

Pelaksanaan vaksinasi anak di Kalsel sendiri belum ada titik terang. Bagaimana tidak, cakupan vaksinasi pertama dan lansia masih belum tercapai dari yang disyaratkan Kemenkes. Vaksinasi anak bisa dilaksanakan jika cakupan vaksin pertama sudah 70 persen dan lansia 60 persen.

Di Kalsel baru tiga daerah yang sudah 70 persen untuk cakupan vaksin pertama. Yakni Kota Banjarmasin, Banjarbaru dan Kabupaten Tanah Bumbu. Sementara, cakupan lansia masih dibawah 60 persen. Hanya Tanah Bumbu yang mendekati, persentasenya 57,52 persen.

“Tak hanya Kalsel yang belum. Banyak provinsi lain yang juga belum bisa karena terkendala yang sama di Pulau Jawa pun ada,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, M Muslim kemarin.

Dikatakannya, untuk pelaksanaan vaksinasi anak diprioritaskan terlebih dulu untuk daerah yang sudah mencapai 70 persen vaksin pertama dan 60 persen untuk cakupan lansia. “Pemerintah menekankan lebih dulu untuk yang beresiko seperti lansia. Baru setelah itu konsentrasi ke anak-anak,” terangnya.

Lalu berapa jumlah sasaran anak di Kalsel? Dari data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil KB, ada sebanyak 526.724 anak usia 6-12 tahun. “Kami masih menyinkronkan data dulu sembari menunggu keputusan dari pusat untuk pelaksanaanya,” kata Muslim.

Seperti diketahui, mulai 14 Desember kemarin, vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6 sampai 11 tahun dimulai. Jumlah sasaran vaksinasi mencapai 26,5 juta anak berdasarkan data sensus penduduk 2020.

Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan pihaknya sudah mempersiapkan kick off pelaksanaan vaksinasi untuk anak ini. “Kami harapkan hari Selasa (14/12) sudah dilakukan kick off di beberapa daerah yang akan kami tetapkan dan selanjutnya itu secara bertahap sampai tahun depan akan kita lakukan vaksinasi semua anak usia 6 sampai 11 tahun yang totalnya berdasarkan data itu ada 26,8 juta,” ujarnya dalam sosialisasi pelaksanaan vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun secara virtual, Minggu (12/12).

Pelaksanaan vaksinasi ini akan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama vaksinasi akan dilaksanakan di provinsi dan kabupaten/kota dengan kriteria cakupan vaksinasi dosis 1 di atas 70 persen dan cakupan vaksinasi Lansia di atas 60 persen.

Sampai saat ini sebanyak 8,8 juta jiwa dari 106 kabupaten/kota dari 11 provinsi yang sudah memenuhi kriteria tersebut. Yakni Banten, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, dan Bali.

Vaksin yang digunakan untuk sementara ini adalah jenis Sinovac dan sudah punya Emergency Use Autorization (EUA). Sebanyak 6,4 juta dosis vaksin Sinovac yang akan digunakan hingga akhir Desember 2021. “Ada 6,4 juta dosis untuk Desember dan kemudian Januari 2022 akan ada tambahan vaksin Sinovac dari Dirjen Farmalkes dan sudah datang, sehingga ini (vaksinasi untuk anak) tidak akan putus,” tutur Maxi.

Dia juga menerangkan, vaksin Sinovac mulai tahun depan, hanya akan digunakan untuk dosis anak. Ini menjadi catatan sehingga untuk vaksin non Sinovac akan diprioritaskan untuk sasaran selain anak usia 6 sampai 11 tahun.

Tempat pelaksanaan vaksinasi anak dilakukan di Puskesmas, rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, baik pemerintah maupun swasta termasuk pos-pos pelayanan vaksinasi, dan sentra vaksinasi. “Termasuk yang kami harapkan pos pelayanan vaksinasi di sekolah atau satuan pendidikan lainnya, atau lembaga kesejahteraan sosial anak seperti panti asuhan,” tandasnya. (mof/by/ran)