Banjarmasin dirundung murung. Usai azan subuh, Jumat (17/12), mantan Wali Kota Banjarmasin periode 2005-2010, Yudhi Wahyuni, tutup usia.
***
Sebelum wafat, selama sepekan Yudhi Wahyuni dikabarkan sempat menjalani perawatan intensif di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin.
Dituturkan sang istri, Hj Emmy Mariani Tajuddin, sejak Oktober atau selama hampir dua bulan terakhir, almarhum berjuang melawan komplikasi penyakit yang dideritanya.
"Kemudian, bapak ada penyakit jantung," ungkapnya, saat berada di kawasan Masjid Al Jihad Banjarmasin.
Dari rumah sakit, jenazah almarhum lalu diboyong ke masjid yang terletak di kawasan Jalan Cempaka Besar, Kecamatan Banjarmasin Tengah, untuk disalatkan.
Jenazah kemudian dibawa dan dikebumikan di Kompleks Makam Al Allamah Muhammad Amin (Datu Amin), Banua Anyar, Kecamatan Banjarmasin Timur.
"Sesuai amanah almarhum. Minta disalatkan di Masjid Al Jihad, dan dikebumikan di alkah keluarga, di Kompleks Makam Datu Amin," ungkap sang keponakan, M Yasir Al Fattah.
Di area pemakaman, tampak banyak warga, keluarga, hingga pejabat daerah yang berhadir.
Bagi warga setempat, Gusti Burhan, almarhum merupakan sosok yang berjiwa sosial tinggi. Ia masih mengingat jelas, ketika Yudhi Wahyuni turun langsung atau ikut serta memperbaiki titian rumahnya yang rusak. "Padahal saat itu, beliau adalah seorang wali kota," tuturnya.
"Setiap ada hajatan yang digelar warga di sini, beliau juga tak pernah absen. Selalu menyempatkan diri untuk berhadir di tengah kesibukan sebagai wali kota," tambahnya.
Senada juga diungkapkan Djumaderi Masrun. Mantan Ketua KONI Banjarmasin itu mengaku sudah mengenal sosok almarhum sejak tahun 1997.
Hal yang paling diingat di benaknya adalah sosok almarhum yang sangat religius, serta rendah hati. "Saat menjabat sebagai wali kota, beliau tidak pernah merasa malu makan di warung biasa," ungkapnya.
"Setahu saya, beliau juga lulusan Pondok Pesantren Gontor. Kalau jadi imam suaranya sangat merdu," kenangnya.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kalsel Rusdiansyah juga memiliki kenangan yang tak kalah manis. Bukan tanpa sebab. Jika ditarik dari sejarahnya, karir dirinya sebagai pejabat SKPD di pemerintahan berawal semasa almarhum Yudhi Wahyuni masih menjabat sebagai wali kota.
"Dulunya saya adalah Camat di Banjarmasin Tengah. Kemudian, di tahun 2007 dilantik beliau sebagai Kepala Dishub Kota Banjarmasin," jelasnya.
Menariknya lagi, diangkatnya sebagai pejabat di bawah kepemimpin almarhum, setelah dirinya menjadi pesaing saat di Pilwali Kota Banjarmasin 2005. "Almarhum meraih peringkat pertama suara terbanyak, dan saya peringkat kedua. Setelah saya kalah, tetapi masih diangkat beliau sebagai pejabat pemko," ungkapnya.
"Sungguh hal yang tidak biasa. Jarang ada pejabat daerah yang seperti beliau," timpalnya.
Hal itu juga dibenarkan oleh sang mantan Wakil Wali Kota Banjarmasin periode 2005 - 2010, Alwi Sahlan. Bahkan, menurutnya almarhum tidak pernah menganggap siapa pun sebagai pesaing. "Beliau selalu menganggap siapa pun sebagai rekan," ujarnya.
"Beliau adalah sosok yang tak pernah marah. Bahkan, selalu tampak murah senyum dan penyabar. Contoh, meski pun dalam keadaan sakit, beliau selalu menyempatkan diri untuk membaca Alquran," ceritanya.
Maka, kabar wafatnya Yudhi Wahuni, tentu sangat mengejutkan banyak kalangan. "Saya dapat kabar dari istri beliau. Terakhir berkomunikasi dengan beliau, sekitar dua bulan yang lalu. Tepatnya, saat hendak menjalani perawatan," tambah Alwi.
Seperti diketahui. Yudhi Wahyuni maju sebagai Wali Kota Banjarmasin, berpasangan dengan Alwi Sahlan. Disokong koalisi Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Keduanya sukses memenangkan Pilwali Kota Banjarmasin Tahun 2005.
Di sisi lain, selama lima tahun menjabat sebagai wali kota, Yudhi Wahyuni diketahui cukup banyak melahirkan kemajuan. Seperti memperjuangkan identitas Banjarmasin sebagai kota yang agamis. Ia melarang operasional tempat hiburan malam (THM) pada malam Jumat dan hari besar keagamaan.
Kemudian, mengeluarkan kota ini dari predikat kota terkotor, lalu memasukkan Banjarmasin ke dalam daftar lima kota terbersih di Indonesia.
Berkat kebijakannya pula, kawasan permukiman di bantaran Sungai Veteran, Jalan Piere Tendean dan Jalan Jafri Zamzam, bisa dibebaskan. Tujuannya, apalagi kalau bukan untuk menata kota, agar lebih baik. Termasuk, menginisiasi dimulainya pembangunan siring Sungai Martapura.
Di samping itu, jika berbicara tentang Peraturan Daerah (Perda) di Kota Banjarmasin, setidaknya ada dua perda yang hingga kini masih diadopsi oleh wali kota setelahnya. Seperti Perda Ramadan dan melarang truk batu bara melintas di jalan kota.
Lantas, apa pesan terakhir Yudhi Wahyuni semasa hidup bagi keluarga dan seluruh masyarakat Kota Banjarmasin? Dituturkan sang istri, Hj Emmy Mariani Tajuddin, semasa hidup almarhum selalu berpesan agar setiap orang hendaknya selalu saling bahu membahu dalam hal kebaikan. Selalu berdoa dan saling mendoakan dalam menjalani kehidupan. "Karena kita hidup, suatu saat pasti akan kembali pada-NYA," pungkasnya.
Yudhi Wahyuni lahir di Banjarmasin pada 5 Oktober 1955. Ia wafat di usia 66 tahun. Meninggalkan satu orang istri dan tiga orang anak. (war)