Harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng kemasan dicabut. Pemerintah menyerahkan penetapan harganya kepada pasar. Dampak terdekat, konsumen diprediksi akan berpindah ke minyak goreng curah. “Dalam situasi begini, rasanya tak mungkin masyarakat masih bertahan dengan minyak goreng kemasan yang mahal. Tentu akan berpindah ke curah,” kata Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setdako Banjarmasin, Doyo Pudjadi.

Persoalannya, Doyo mengakui, minyak goreng curah yang biasa dijual di pasar tradisional kurang diminati. Alasannya kurang higienis. Doyo memastikan, pemko akan mencoba mengawasi dan mengontrol minyak goreng curah agar lebih layak dikonsumsi. “Monitoring dari pembuatan sampai penjualan. Caranya, Dinas Kesehatan akan bekerja sama dengan Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),” tambahnya.

“Jangan sampai minyak goreng curah yang diminati ternyata tercemar. Kita juga harus peduli dengan keselamatan dan kesehatan,” lanjutnya. Kapan dimulainya? Doyo berharap bisa menggelar rapat bersama pihak terkait dalam waktu dekat. Soal lain, begitu HET dicabut, bukan berarti pemko tak lagi bekerja. Masih ada yang bisa diperbuat, seperti mengawasi stok dan jalur distribusi.

Dalam kasus ini, Doyo menjamin pemko akan bekerja sama dengan kepolisian. “Seiring dengan instruksi TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) dan Satgas Pangan. Yaitu segera mengontrol stok dan distribusi,” tutupnya.

Disebut murah pun, minyak goreng curah telah mengalami kenaikan harga. Semula dipatok Rp11.500 per liter. Kini menjadi Rp14 ribu. Pemerintah pusat berjanji ada subsidi untuk mempertahankan harga minyak goreng curah tersebut. (war/at/fud)