Angka pengangguran dan kemiskinan di Kota Banjarmasin meningkat. Fakta yang sebenarnya tidak mengejutkan. Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), pengangguran meningkat menjadi 8,57 persen pada 2021. Bandingkan dengan 2020 yang berada di angka 8,32 persen. Demikian pula dengan angka kemiskinan. Tahun 2020 berada di angka 4,39 persen, pada tahun 2021 menjadi 4,89 persen. 

Kepala Dinas Koperasi UKM dan Tenaga Kerja Banjarmasin, Isa Anshari mengatakan, pemicunya adalah pandemi covid dan kebijakan pembatasan yang mengikutinya. “Rata-rata terdampak PHK, usahanya gulung tikar, atau berpindah ke usaha lain,” ujarnya kemarin (28/3) di Balai Kota.

“Tapi saya belum memiliki data rinci, berapa jumlah jiwa penganggur itu,” tambahnya. Apa yang bisa diperbuat pemko? Isa menjawab, dinasnya menggelar banyak pelatihan keterampilan kerja.

Seperti menjahit, membuat kue, dan menenun kain Sasirangan. “Khusus mereka yang di-PHK, kami memberi pelatihan sesuai bidang sebelumnya,” jelasnya. “Kami berharap warga tetap berusaha. Tak berkecil hati. Masih ada upaya di tengah pandemi ini,” tutup Isa. 

Terpisah, Plt Kepala Dinas Sosial Banjarmasin, Iwan Restianto memperkuat pernyataan Isa. “Pada tahun 2020, ada 31.307 orang miskin. Sedangkan pada 2021 naik menjadi 34.839 jiwa,” sebutnya. Soal langkah konkret, wali kota sudah lama mencanangkan program WUB (Wirausaha Baru). Perihal jaring pengaman sosial, Iwan menyebutkan ada penambahan bantuan.

Tahun lalu ada 11 ribu penerima. Tahun ini menjadi 13 ribu penerima. Baik penerima Program Keluarga Harapan (PKH) maupun Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

Penambahan itu sesuai dengan usulan dan pemutakhiran Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). “Kemudian, penerima bansos juga tak hanya orang miskin. Tapi mereka yang rentan miskin agar mereka tidak menjadi miskin,” lanjutnya.

Dia juga berharap tak muncul kecemburuan di tengah masyarakat. “Karena bantuannya memang tidak sama. Tergantung klasifikasi kemiskinan yang dialami. Jadi tak bisa dipukul rata,” pungkasnya. (war/at/fud)