Meski memasuki bulan Ramadan. Percepatan vaksinasi Covid-19 juga masih tetap dilakukan. Begitupun di Kota Banjarbaru, sejak puasa hari pertama, vaksinasi tetap jalan.

Menurut pihak Dinkes Kota Banjarbaru, vaksinasi saat bulan Ramadan tetap aman dilakukan. Tak ada efek samping yang begitu signifikan usai menerima suntikan vaksin. “Pada umumnya tidak ada perbedaan, efek sampingnya juga tak ada signifikan. Sama hal seperti hari-hari di luar Ramadan, jadi tetap aman,” kata Koordinator Tim Surveilens Epidemiologi Penanggulangan Wabah Corona Virus Disease Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, Edi Sampana.

Edi memastikan vaksinasi di Banjarbaru tetap dilakukan selama bulan Ramadan. Akan tetapi, ada beberapa pengurangan yang dilakukan. Semisal katanya vaksinasi lebih banyak difokuskan di puskesmas atau pusat layanan kesehatan lainnya. “Untuk yang keliling atau jemput bola sementara waktu diistirahatkan dulu, begitupun bus keliling hanya dioperasionalkan saat hari minggu saja di lapangan Murjani,” katanya.

Memasuki bulan Ramadan, Edi mencatat ada perubahan signifikan dalam hal peminat vaksin. Di hari pertama puasa pada Minggu (3/4) lalu, peminat vaksin ujarnya begitu merosot.

Diurainya, biasanya dalam sehari rata-rata cakupan vaksinasi di atas 1000 orang, bahkan tembus 1500-2000 orang. “Kemarin pas puasa pertama hanya 100 orang saja.” Rendahnya peminat vaksin di bulan Ramadan ini dianalisanya ada sejumlah faktor. Yang pertama ujarnya adanya pandangan sejumlah masyarakat yang menganggap vaksinasi saat ramadan bersifat makruh.

“Ya ada pandangan demikian di masyarakat. Lalu minimnya cakupan karena memang kita juga tak melakukan jemput bola, sehingga petugas hanya siaga di puskesmas, kita juga harus menyesuaikan dengan tenaga petugas yang menjalankan ibadah puasa,” katanya.

Untuk cakupan di hari pertama puasa, Edi menilai jika itu turut dipengaruhi oleh layanan vaksinasi yang hanya ada satu titik, yakni di Lapangan Murjani dengan Bus Keliling. “Karena hari minggu kan di puskesmas tidak beroperasi, jadi hanya di bus keliling di Murjani saja. Makanya mungkin cakupannya agak rendah,” katanya.

Meski begitu, ia tak menampik bahwa ada potensi besar cakupan vaksinasi saat Ramadan akan merosot. Ia memprediksi jika penurunan ini bisa di atas 50 persen dari cakupan rata-rata di luar bulan Ramadan.

“Mungkin hanya di angka 500-750 orang perharinya, kalau biasanya 1000-an lebih. Karena memang ada kecenderungan masyarakat kurang berminat vaksin ketika bulan ramadan ini,” katanya.

Tetapi, meski secara umum ada penurunan, Edi menyebut jika peminat dosis ketiga atau vaksin booster malah tinggi. Ia pun memprediksi jika vaksin booster ini yang dominan dicari masyarakat saat bulan Ramadan.

“Mungkin karena ini berkaitan dengan syarat mudik ya wajib booster. Soalnya memang ada peningkatan, contohnya saja hari pertama puasa kemarin, dari 100 yang vaksin, nyaris 90 persen itu booster semua,” pungkasnya. (rvn/ij/bin)