Sehari setelah ditemukan mengapung di Sungai Martapura, identitas Mr X akhirnya terungkap. Jasad itu Ahmad Rabianor, 47 tahun, warga Jalan Naga Sari, Banjarmasin Tengah. Seorang pemancing yang diduga tenggelam akibat perahunya karam. “Kuat dugaannya begitu. Nah, titik karamnya yang kami tidak mengetahui persis,” ungkap Kasat Polairud Polresta Banjarmasin, AKP Cristugus Lirens.

Terungkap berkat petunjuk sebuah kunci motor dan ponsel di tubuh korban. Wajahnya sendiri sudah rusak, sulit dikenali karena sudah membengkak. “Titik terang muncul setelah nomor ponsel yang kami aktifkan tersambung dengan salah seorang kerabatnya,” ceritanya.

Lalu, di mana sepeda motor milik almarhum? Ternyata diparkir di rumah temannya, Muhyar. Pria 47 tahun ini tinggal di Jalan Tembus Mantuil Gang Perintis, Banjarmasin Selatan.

Keluarga sendiri sudah menunggu kepulangan Rabianor sejak Senin (11/4) malam. “Setelah dicocokkan, motor Honda Beat di rumah Muhyar, memang benar milik Rabianor. Mereka berdua naik perahu rakitan milik Muhyar,” tambah Cristugus. “Keluarganya baru menyadari Muhyar menjadi korban tenggelam setelah mendapat kabar dari kepolisian,” lanjutnya.

Saat ini, tim Satpolairud yang dipimpin Kanit Gakkum Ipda Alamsyah Sugiharto sedang menggelar pencarian bersama Basarnas dan relawan emergency di Sungai Martapura.

Sepupu istri Muhyar, Ahmad Fahruraji mengatakan, keluarganya juga ikut mencari di sekitar pelabuhan bawang, Banjarmasin Selatan. Lokasi penemuan mayat pertama. “Mereka berangkat dari rumah memancing sekitar jam 10 malam,” kata pemuda 19 tahun itu. Naik perahu mesin rakitan dari pelat besi. “Muhyar sendiri yang merakitnya, baru kelar dibikin,” tambahnya. Sebelum hilang kontak, istri Muhyar, Ema sempat dua kali menghubungi suaminya pada jam 2 dan jam 3 pagi.

“Mengingatkan bahwa sudah waktunya sahur. Dalam kontak terakhir, mereka masih di atas sungai, posisinya di dekat kawasan Kubah Habib Basirih,” tambahnya.

Keluarga pun tak cemas. Mengira bahwa Muhyar dan Rabianor sudah pulang. Menuju rumah keluarga di kawasan Sungai Lulut.

Namun, beberapa kali dihubungi, nomornya sudah tak aktif. “Ketika keluarga di Sungai Lulut ditanya, rupanya juga tak pernah melihatnya. Keluarga pun mulai cemas,” bebernya. Sehari-harinya Muhyar berdagang barang pecah belah di Pasar Lima. Memancing sudah menjadi hobinya sejak lama. “Anaknya dua, masih kecil-kecil,” tutup Fahuraji prihatin. (lan/az/fud)