Berbulan-bulan, warga Tanjung Berkat di Banjarmasin Barat tak bisa menikmati air leding. Berharap solusi, warga malah diberi harapan palsu.

 


Hingga Kamis (6/5), tak ada air bersih yang mengalir ke rumah-rumah warga di Jalan Tanjung Berkat. Bahkan, saat bulan Ramadan tadi. Mirisnya, kondisi itu sudah berlangsung sejak empat bulan  ang lalu.

Padahal, mereka juga merupakan pelanggan Perseroan Terbatas Air Minum (PTAM) Bandarmasih. “Macet total. Cuma kadang-kadang mengalir. Airnya juga bau, keruh dan berbuih. Seperti comberan,” keluh Ketua RT 15 Kelurahan Teluk Tiram, Anang Ansyari kemarin (6/5).

Setidaknya ada empat rukun tetangga (RT) yang mengeluhkannya. Yakni RT 15, 16, 17 dan RT 18. Segala upaya sudah ditempuh. Dari melapor secara online, menulis surat, hingga mendatangi kantor PTAM (dulu PDAM).

Namun, antara jawaban dan kenyataan, jauh panggang dari api. Seingat Anang, PTAM hanya datang untuk mengontrol lokasi.

“Bilang bahwa nanti malam air akan mengalir. Nyatanya tidak. Sepekan sebelum bulan puasa juga kami laporkan, tapi tak ada perkembangan. Seperti dikasih harapan palsu,” tambahnya. “Sementara kami tetap membayar tagihan. Walaupun airnya tak mengalir. Kasihan warga. Tak pula ada kiriman bantuan berupa mobil tangki air,” tegasnya. 

Lantas, bagaimana warga setempat memperoleh air bersih? Untuk memasak atau diminum, terpaksa membeli. “Kami tak masalah kalau harus membeli air. Tapi lokasinya jauh. Tak mudah membawa jeriken air. Kasihan yang sudah tua,” tekannya.

Sedangkan untuk mandi cuci kakus (MCK), mau tidak mau memakai air sungai. Ditampung dalam ember dan baskom.

“Bayangkan kalau pas sungai surut, bisa makin perih,” tutup Anang. Senada dengan keluhan Nurdin, warga setempat. Dia membenarkan kondisi macetnya air leding ini sudah berlangsung berbulan-bulan.

“Kalau sungai sedang pasang, cukup menciduk dari kolong rumah. Tidak sampai harus ke sungai,” ungkapnya. Apesnya, warga mengaku tetap membayar tagihan bulanan ke PTAM.

Lalu, ada pula Zainudin. “Per jeriken ukuran 10 liter, biasanya seharga Rp500. Bisa langsung membeli 10 jeriken saban pekan. Kalau tiap hari membeli, lelah membawanya,” jelasnya. “Buat keperluan lain, kami mengambil air di sungai. Tapi kalau tidak cocok, bisa terserang gatal-gatal,” sambungnya.

Contohnya dirinya sendiri. Zainudin mengaku kurang merasa nyaman memakai air sungai berwarna cokelat itu. Dia kerap menderita penyakit kulit.

PTAM Klaim Aman-Aman Saja

DIREKTUR Teknik Perseroan Terbatas Air Minum (PTAM) Bandarmasih, Supian terdengar kaget mendengar kondisi di Tanjung Berkat. “Kalau macet sampai empat bulan lamanya, pasti melapor. Nanti coba saya cek,” ujarnya lewat sambungan telepon kepada Radar Banjarmasin kemarin (6/5).

Seingatnya, dulu masalah di Tanjung Berkat sudah pernah ditangani. “Menurut informasi terakhir aman-aman saja,” klaimnya. Ketika dibeberkan tentang pelanggan yang sudah berkali-kali melapor dan hanya dijawab dengan kontrol ke lapangan, Supian kembali heran.

Dia menjamin, PTAM tak pernah mendiamkan keluhan pelanggan. Pasti segera ditanggapi. “Kalau ada surat, pasti tembus ke saya. Biasanya cepat saja. Tidak pernah menunda-nunda,” tegasnya.

Terlepas dari itu semua, dia berjanji akan meminta bawahannya untuk segera mengecek ke sana. “Nanti kami perintahkan memerika ke lokasi,” janji Supian. (war/az/fud)