Kenaikan harga BBM rupanya belum cukup menindih ekonomi masyarakat. Kini, pemerintah hendak menaikkan tarif kapal penyeberangan Kabupaten Tanah Bumbu-Kabupaten Kotabaru. “SK-nya dari Pemprov Kalsel, tapi berdasarkan instruksi Kementerian Perhubungan,” kata GM ASDP Batulicin, Justan Gafaru kepada Radar Banjarmasin kemarin (1/6). Kenaikan tarif mulai berlaku tanggal 10 Juni nanti. Kenaikannya sekitar 17 persen untuk semua jenis kendaraan. “Sejak enam tahun terakhir, ini kenaikan pertama feri Batulicin-Tanjung Serdang,” jelas Justan yang akan segera dimutasi ke Mataram.
Apakah ini wajar di tengah jumlah penumpang yang terus bertambah? Indikasinya sederhana, bertahun-tahun silam, menyeberang cukup setengah jam. Sekarang bisa satu jam lebih karena antre kapal masuk dermaga. Justan membantahnya. Apa yang terlihat di lapangan menurutnya tidak seperti yang dibayangkan. “Memang sering terlihat penuh, tapi kadang pagi itu berangkat hanya dengan tiga mobil,” akunya.
Dan untuk mobil penumpang naik dari Rp166 ribu menjadi Rp186 ribu. Kenaikan tarif ini berbuah protes keras. Dinilai terus menguras pendapatan rakyat, tapi minim program untuk mendongkrak perekonomian. “Baru juga BBM naik, ini tarif feri mau naik juga. Semua naik, tapi harga sawit malah turun,” keluh Saparuddin, petani yang berkala mengirim sawitnya dari Kotabaru ke Tanah Bumbu.
Kapal feri adalah satu-satunya alat penyeberangan dari Pulau Laut. “Itu kan perusahaan negara. Tarif boleh naik, tapi pembangunan harus bagus dong. Ini jalan masih banyak rusak,” kata Randy warga Tanah Bumbu yang sering ke Kotabaru. Menurutnya, semakin ke sini negara semakin menguras pendapatan rakyat. Apa-apa serba naik, tapi ekonomi di bawah justru turun. “Pandemi belum usai, ekonomi belum pulih, eh sudah naik ini itu,” sesalnya.