Bagi pemilih, dua tahun adalah tempo yang lama. Tapi bagi politisi, Pemilu 2024 sebentar lagi.
BANJARMASIN – Dengan berbisik atau terang-terangan, bursa calon Wali Kota Banjarmasin sudah disusun. Apalagi, pada pilkada nanti, tidak ada petahana. Ibnu Sina genap dua periode. Sudah saatnya ia maju ke Pilgub Kalsel. Radar Banjarmasin mewawancara sejumlah nama yang paling ramai dibincangkan.
Dari Ananda, yang kalah bertarung dengan Ibnu. Lalu pendatang baru seperti Mukhyar. Kemudian Arifin Noor, wakil wali kota saat ini. Bahkan Siti Wasilah, istri Ibnu sendiri. Terakhir adalah bos Barito Putera, Hasnuryadi Sulaiman. Yang masih memilih bungkam.
Ananda dan Naruto
SEPANJANG sejarah, Pilwali 2020 adalah yang paling ketat. Pemenangnya sampai diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi. Kala itu, pasangan Ananda dan Mushaffa Zakir kalah 7,23 persen dari pasangan Ibnu Sina dan Arifin Noor.
Ananda kemudian menggandeng pengacara ternama, mantan pimpinan KPK, Bambang Widjojanto. Dengan tuduhan kecurangan, MK akhirnya membatalkan sebagian perhitungan surat suara. Hingga digelar pemungutan suara ulang di empat kelurahan di Kecamatan Banjarmasin Selatan. Total di 80 TPS. Ananda kalah lagi. Menggugat lagi, tapi ditolak MK.
Lalu apakah Ananda sudah kapok? Tidak. Dia akan kembali pada 2024 nanti. Kepada Radar Banjarmasin, mantan finalis Puteri Indonesia ini mengutip kata-kata bijak dari manga Naruto. “Jika kau menungguku untuk menyerah, kau akan menungguku selamanya,” ujar mantan Ketua DPRD Banjarmasin itu.
Kondisinya memang sudah berbeda. Ananda tak lagi memegang jabatan Ketua DPD Partai Golkar Banjarmasin. Masih dari lingkungan partai berlambang pohon beringin itu, dalam bursa kandidat Pilkada 2015 dan 2020, nama Hasnuryadi Sulaiman tak pernah absen. Walaupun pada hari pendaftaran, akhirnya dia tak muncul.
Saat ini, selain memimpin Barito Putera, klub bola kesayangan masyarakat Kalsel, pria 46 tahun itu juga masih menjabat sebagai anggota DPR. Namanya kembali mencuat menjelang Pilkada 2024. Sayang, Hasnur rupanya enggan berkomentar. Pesan permintaan wawancara dari Radar Banjarmasin tak dibalas. Panggilan telepon juga tak diangkat.
Arifin Ingin Naik Kelas
SEJAK dilantik Juni 2021, setidaknya sudah setahun Arifin Noor menjabat sebagai Wakil Wali Kota Banjarmasin. Mendampingi Ibnu Sina pada periode kedua kepemimpinannya. Kemarin (19/6) siang, suara di seberang terdengar riang dan jelas. Diselingi suara tawa.
Menghabiskan akhir pekan di rumah, berkumpul bersama keluarga, bagi Arifin adalah hal yang tak bisa ditawar-tawar. Untungnya, dia masih mau meluangkan waktu untuk diwawancara Radar Banjarmasin lewat sambungan telepon.
Pertanyaannya, apakah dia tertarik untuk “naik kelas”, menjadi calon wali kota pada pilkada nanti? “Kalau masyarakat menginginkan, mengapa tidak?” ujar kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu. “Tentu tidak semudah itu. Ada banyak tahapan yang harus saya lalui,” sambung mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum itu.
Seperti mendekati dan meraih dukungan dari partai-partai politik. Pada pilkada yang lewat, pasangan Ibnu Sina dan Arifin disokong koalisi tiga parpol. Yakni Demokrat, PKB dan PDIP. Ditambah dukungan yang datang belakangan dari PSI.
“Bila dianggap layak, mudah-mudahan bisa menyambung tongkat estafet,” harapnya. Namun, saat ini Arifin memilih fokus ke pembangunan kota. Diakuinya, masih banyak pekerjaan rumah yang menunggu. “Dari ekonomi dan pembangunan, pendidikan sampai kesehatan. Jadi, apakah nanti visi misi kami tercapai? Saya serahkan kepada masyarakat untuk menilainya,” ujarnya bijak.
“Kalau tidak begitu, bagaimana mungkin bisa menang. Satu persen suara pun sangat berharga,” tekannya. Intinya, sekarang ia menunggu saja. “Bila partai memerlukan, saya siap berkontribusi. Tapi kalau selama saya menjabat justru banyak hal tidak bagusnya, saya juga tak mungkin memaksa,” pungkasnya.
Belajar Menjadi Politikus
SEBAGAI pendatang baru, Mukhyar terbilang percaya diri. Pensiunan Pemko Banjarmasin, mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) itu terang-terangan menyatakan bakal maju sebagai calon wali kota. “Ya, wali kota. Bukan untuk menjadi yang lain, bukan,” tegasnya kemarin. “Istilahnya, kada bebukahan (tidak akan lari) dari kontestasi,” tambah Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Banjarmasin itu.
Jauh-jauh hari, Mukhyar kian sering wara-wiri di media sosial. Bahkan, simpatisannya mulai bermunculan. Usahanya membuahkan hasil. Mei lalu, ia digaet Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi kader. Kartu tanda anggotanya bahkan diserahkan langsung oleh Habib Aboe Bakar Alhabsy. Sekjen PKS yang juga anggota DPR.
Habib bahkan membesarkan hati Mukhyar, bahwa ia mungkin saja diusung pada pilkada nanti. Namun, Mukhyar menyadari. Dibesarkan dari kultur birokrat, dia masih harus belajar untuk menjadi politikus. Soal teknis, dia juga masih harus mendekati parpol lain. “Sadar betul, kursi yang ada sekarang belum cukup untuk mengusung calon. PKS saat ini hanya memiliki lima kursi,” jelasnya.
Lantas, apa yang melatarbelakangi ambisi ini? Mukhyar menjawab, ini merupakan panggilan hati. Sebagai kota besar, Banjarmasin perlu berbenah. “Perlu tata kelola yang bagus. Perlu dukungan semua orang. Membangun kota tidak bisa sendirian,” tutupnya.
Wasilah Tidak Tertarik
Di kalangan wartawan yang ngepos di Balai Kota, nama Siti Wasilah kerap disebut-sebut. Dia adalah Ketua TP PKK, sekaligus Ketua Dekranasda. Istri dari Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina. Entah siapa yang pertama kali menghembuskannya. Bahwa Wasilah akan melanjutkan kekuasaan suaminya di pemko.
Namun, Wasilah menghempaskan rumor itu dengan entengnya. Dia tak perlu berpikir panjang saat ditanya Radar Banjarmasin. “Pendapat umum saja yang dikait-kaitkan kepada saya. Bahwa kalau suaminya sudah dua periode, terus istrinya yang maju,” ujar ibu dari empat anak ini.
Menurutnya, isu macam ini berawal dari anggapan klise. Akibat tren dinasti politik, baik di daerah maupun nasional.
Sekali lagi, Wasilah mengaku tidak tertarik dengan Pilwali 2024. “Saya tegas saja, sedari awal hanya ingin mendampingi suami saja,” tambah ibu dari empat anak ini. Wasilah juga berkarir sebagai dosen. Mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat sejak tahun 2005.
Begitu masa jabatan Ibnu tuntas, Wasilah ingin fokus ke kampus. “Hingga saat ini masih aktif sebagai dosen, dan akan seperti itu terus hingga bapak selesai masa jabatan,” jelasnya. Meski menolak, ia tetap meyakini, perempuan boleh bersaing dalam hal pemilihan kepala daerah.
Rajin berorganisasi sejak SMP, kemampuan manajerial Wasilah sudah dipupuk sejak belia. Menurutnya, gaya kepemimpinan perempuan itu spesial. Karena sudah terbiasa menjadi pemecah masalah, baik di rumah tangga maupun di tempat kerja. “Di luar urusan pribadi, perempuan juga bisa profesional dan amanah. Termasuk dalam hal memimipin,” tuntas perempuan 45 tahun ini. (mof/war/tia/gr/fud)