NAMANYA dipanggil sebagai Putri Pariwisata Kalimantan Selatan 2023 pada 18 Maret lalu. Sejak malam itu, Nuria Zulfa memikul misi penting hingga setahun ke depan.

Soal perasaan, Zulfa mengaku berada di tengah-tengah, antara senang dan tegang.
Senang lantaran unggul dari 39 peserta lainnya. Tegang, mengingat predikat ini bukan hadiah semata. “Senang, tetapi dibayang-bayangi tanggung jawab lebih di balik itu. Ini amanah bagi saya,” ungkap gadis 19 tahun itu.

Sebenarnya, dunia wisata bukan hal yang baru baginya. Sebab Zulfa pernah bekerja sama dengan salah satu agen perjalanan. Bekerja sambil jalan-jalan.

Hingga ia mendengar tentang kompetisi itu dan memutuskan ikut. Zulfa datang mengenakan selempang Kabupaten Banjar. Predikat itu lebih dulu diraih dalam ajang Nanang Galuh Banjar, pertengahan 2022. 

Seorang duta pariwisata, diwajibkan mengusung misi advokasi. “Kami dipilih bukan sekadar representasi Kalsel, tetapi turut terlibat upaya pelestarian,” ujarnya.

Zulfa lantas merancang dua hal. Pertama, sebuah event bertajuk Pasar Terapungnya Anak Muda.

Ia membayangkan, melihat jukung dan kelotok yang diisi pedagang-pedagang belia. “Kita perlu regenerasi,” tegasnya.

Kedua, mengadakan pelatihan pemandu wisata. Ditujukan kepada putra-putri perwakilan kabupaten dan kota. “Agar mereka tak hanya siap menyambut tamu, tetapi juga memandu hingga ke area wisata daerahnya,” ujarnya.

Lewat media sosial, Zulfa juga punya program promosi ekonomi kreatif. Disingkat Prokotif.
Promosi usaha kecil secara cuma-cuma saban Kamis. “Biar UMKM kita makin dikenal,” kata mahasiswi jurusan hukum ekonomi syariah Uniska itu. 

Mencari Jati Diri

Mahkota itu datang dari proses yang panjang. Kepada pembaca, Zulfa ingin berbagi kiat untuk memenangkan kompetisi ini. 

Bekal utamanya adalah niat dari hati. Bukan suruhan apalagi paksaan. Dengan begitu, langkah demi langkah yang dijalani akan terasa lebih ringan.

Advokasi yang brilian juga harus didukung cara penyampaian yang matang. Untuk itu, Zulfa belajar keras tentang public speaking. “Ini penting sekali,” tegasnya. Menjadi cerminan putri daerah, Zulfa juga harus belajar “manners”. Baik itu cara berjalan (catwalk), duduk, dan berdiri. “Kita juga harus mau mencari tahu. Sejarah, karakteristik dan potensi daerah kita sendiri,” sarannya. 

Ditanya cita-cita, Zulfa ingin menjadi Guru Besar PAI (Pendidikan Agama Islam). Namun, sekarang ia justru sedang berbisnis kuliner dan menjadi perias wajah. Zulfa juga meminati seni bela diri. Ia ternyata atlet tinju yang pernah menjadi anggota perguruan pencak silat Pagar Nusa. 

“Jadi kalau ditanya apa passion saya? Jawabannya masih mencari-cari jati diri,” jawabnya. Zulfa berpesan kepada anak muda Banua. Agar tak segan mencoba hal baru. “Gali hal positif sebanyak-banyaknya. Masa muda tidak terulang dua kali,” pungkas dara kelahiran Banjarmasin itu. (tia/gr/fud)